Menulis : Tiket Paling Nyaman untuk Pulang

Gambar Diambil dario Volacom


Di tengah hiruk pikuk berita kemacetan paling paripurna di Banyuwangi, kita perlu mencari jeda. Bukan untuk menghilang, melainkan untuk menemukan kembali diri dalam sunyi. Dan tahukah Anda, salah satu cara paling sederhana namun ampuh untuk meraih ketenangan itu adalah dengan... menulis.

Sudahkah Anda punya "tempat pulang" favorit? Bukan rumah secara harfiah, tapi sebuah ruang di mana pikiran bisa lepas landas tanpa izin, hati bisa bersuara tanpa sensor, dan jiwa bisa menari bebas tanpa iringan musik. Bagi saya (dan mungkin juga Anda), tempat itu seringkali bernama menulis.

Coba bayangkan: dunia di luar sana riuh, email menumpuk, notifikasi ponsel tak henti berkedip. Tapi begitu jari menari di atas tuts, atau pena bertemu lembaran kertas, seolah ada tombol "mute" yang tertekan. Segala bising sirna. Yang tersisa hanyalah hening, ditemani suara-suara kecil dari dalam diri. Ini bukan lari dari masalah, ya. Ini adalah semacam pelarian yang sehat, yang justru membawa kita makin dekat dengan diri sendiri.

Di sinilah sihirnya: setiap kalimat yang terangkai, setiap paragraf yang terbentuk, adalah sebuah cerita. Kadang, kita bercerita tentang kegelisahan yang mengendap di dasar hati. Kadang, tentang mimpi-mimpi gila yang mungkin belum terucap. Atau, bisa jadi hanya sekadar tentang secangkir kopi di sore hari yang sempurna di Jember. Tidak ada yang menghakimi, tidak ada yang menginterupsi. Bebas. Sempurna.

Ini seperti punya ruang rahasia di kepala sendiri, di mana kita bisa "ngobrol" dengan diri sendiri sampai puas. Menceritakan apa saja, tanpa khawatir dicap aneh atau tak dimengerti. Sebuah ruang bercerita yang paling aman, paling nyaman.

Dan kuncinya? Menulis apa saja, apa saja ditulis. Jangan pedulikan aturan, jangan pikirkan hasil. Mau itu daftar belanjaan, curahan hati tentang macetnya jalan, ide bisnis yang tiba-tiba muncul, atau sekadar deskripsi awan yang Anda lihat—tulis saja. Biarkan mengalir. Dari sanalah, keajaiban dan kenyamanan sejati itu bermula.

Jadi, lain kali ketika kesibukan mulai menyesakkan atau pikiran terasa terlalu ramai, ingatlah selalu ada "tiket pulang" yang bisa Anda gunakan kapan saja. Sebuah pena, selembar kertas, atau bahkan aplikasi catatan di ponsel Anda adalah pintu gerbangnya. Selamat "pulang" ke ruang bercerita Anda sendiri.

 

Admin usudo.id

Tulisan di Blog ini adalah Kumpulan Tulisan saya , baik yang pernah dipublikasikan di Media Online maupun yang saya upload hanya di sini

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama