![]() |
Layar PC : Dok. Pribadi. |
Anakku, si calon insinyur masa depan, belum lama ini bikin
keputusan yang lumayan bikin kaget. Bayangin, pas temen-temennya lagi pusing
mikirin revisian TA atau deg-degan nunggu jadwal sidang, dia malah nyebur ke
dunia nyata jadi Konsultan Perencanaan Proyek. Kaget sih kaget, tapi ada
bangganya juga dong!
Gimana nggak bangga coba? Anak Teknik Sipil, yang tiap hari
udah akrab sama hitungan beton, gambar proyek, sama segala macem keruwetan
infrastruktur, sekarang malah nambah kerjaan beneran. Ini bukan sekadar magang
ya, tapi beneran terjun langsung ke lapangan. Ibaratnya, dia lagi simulasi
"dunia kerja yang sesungguhnya" sebelum resmi jadi sarjana.
Nambah Beban atau Nambah Ilmu?
Awalnya sih, pikiran orang tua mana yang nggak khawatir?
"Gimana nanti Tugas Akhirnya? Itu kan prioritas utama?" Khawatir itu
manusiawi lah. Tugas Akhir itu kan ibarat puncak gunung Everest-nya kuliah,
butuh fokus total. Tapi pas diajak ngobrol santai, dia malah ngejelasin dengan
mantap. Katanya, ini kesempatan emas buat ngaplikasiin ilmu yang udah dia
pelajarin di kampus.
Sebagai Konsultan Perencanaan Proyek, dia bakal
ketemu langsung sama studi kelayakan, urusan perizinan, sampai ngitung-ngitung
estimasi biaya proyek. Pokoknya, semua yang relevan sama jurusan Teknik
Sipil-nya. Dia nggak ngelihat ini sebagai beban, tapi justru sebagai ilmu
tambahan yang nggak ada di buku kuliah. Dia bakal belajar manajemen waktu
yang super ketat, gimana cara mikirin prioritas antara tugas kampus sama
kerjaan kantor, dan gimana menghadapi tekanan dari dosen sekaligus dari klien.
Skill kayak gini kan nggak diajarin di kelas mana pun, ini mah sekolah
kehidupan namanya!
Nah, kalau udah gini, peran kami sebagai orang tua juga ikut
nambah. Nggak cuma nanya "TA-nya gimana?" tapi juga jadi lebih sering
nanya, "Gimana kantor hari ini?" atau "Udah makan belum?"
Dukungan moril jadi penting banget.
Lihat dia semangat cerita detail-detail proyek barunya, atau
kadang ngeluh soal "revisi berjilid-jilid" dari dosen dan klien di
waktu bersamaan, bikin kami sadar kalau dia lagi bener-bener tumbuh. Dia lagi
ngebangun jalan dan fondasi masa depannya sendiri, bahkan sebelum ijazah
sarjana itu beneran di tangan.
Buat para orang tua yang mungkin ngalamin hal serupa, inget
ya: kalau anak pengen "ngantor" duluan di tengah kesibukan kuliahnya,
apalagi di jurusan yang butuh fokus tinggi kayak Teknik Sipil, itu artinya dia
punya inisiatif dan udah mulai mandiri. Tugas kita cuma support, bantu
sebisanya, dan sesekali ingetin kalau dia kebablasan. Karena kadang, loncatan
kecil di masa sekarang, justru bisa jadi fondasi kokoh buat masa depan mereka
yang keren nanti.