![]() |
Ilustrasi : Yel-Yel Pagi, Inspirasi olahan dari AI. |
Pagi hari di ruang guru selalu menyimpan cerita. Aroma kopi bercampur wangi buku, celotehan ringan tentang PR siswa, hingga desingan kipas angin yang setia menemani. Di tengah hiruk pikuk persiapan hari itu, seringkali ada satu rutinitas yang tak terlewatkan: yel-yel. Seru, meriah, dan kadang penuh canda. Tapi, pernahkah sejenak kita berpikir, apakah yel-yel harian ini masih relevan? Perlukah ia terus menjadi kebiasaan wajib yang tak boleh dilewatkan di setiap pagi para pendidik? Pertanyaan ini mungkin sederhana, namun menyentuh inti efektivitas dan kenyamanan kita dalam bekerja. Mari kita telusuri bersama.
Yel-Yel di Ruang Guru: Perlukah Terus Ada Setiap Hari? 🤔
Dulu, mungkin yel-yel bisa jadi semacam "starter
pack" semangat di pagi hari. Bayangkan, sebelum masuk kelas, para pahlawan
tanpa tanda jasa ini berkumpul, bernyanyi, dan meneriakkan kalimat penyemangat.
Tujuannya jelas, yaitu membantu guru melek dan semangat setelah subuh. Langsung
ketemu murid, yel-yel bisa jadi doping instan biar energi kembali penuh. Selain
itu, ini juga bisa membangun kekompakan tim, karena rasanya jadi satu tim yang
solid kalau bareng-bareng melakukan sesuatu yang sama. Yang tak kalah penting,
yel-yel juga membantu menciptakan suasana positif, sebab kalau pagi sudah
positif, kemungkinan besar seharian bakal asyik. Manfaatnya memang ada, apalagi
kalau yel-yelnya kreatif, lucu, dan benar-benar membangkitkan mood.
Tapi, Zaman Berubah, Perlukah Kita Berubah Juga? 🕰️
Nah, ini dia intinya. Waktu terus berjalan, dan dunia
pendidikan juga berkembang. Guru-guru sekarang punya banyak sekali tuntutan dan
tugas yang kadang bikin waktu terasa sempit. Di sinilah yel-yel harian bisa
jadi perdebatan. Kalau yel-yelnya itu-itu saja, setiap hari, lama-lama rasanya
kayak "kewajiban yang bikin ngantuk" ketimbang "penyemangat yang
bikin melek", bukannya semangat malah jadi membosankan.
Meskipun singkat, kalau setiap hari dan dirasa tidak
efektif, waktu lima atau sepuluh menit itu bisa dianggap membuang waktu
berharga yang padahal bisa dipakai untuk persiapan mengajar, cek tugas, atau
sekadar minum kopi dengan tenang. Lalu, tidak semua orang cocok dengan
aktivitas yel-yel. Ada guru yang memang ekspresif dan suka yel-yel, tapi ada
juga yang lebih suka memulai hari dengan ketenangan atau fokus pada persiapan.
Memaksakan yel-yel bisa jadi tidak nyaman bagi sebagian orang.
Lalu, Bagaimana Seharusnya? Fleksibel Saja! 🤔
Menurut saya pribadi, tidak ada jawaban tunggal yang bisa
berlaku untuk semua sekolah. Setiap sekolah punya budaya dan kebutuhan yang
berbeda. Namun, ada beberapa ide yang bisa dipertimbangkan.
Kita bisa memulai dengan evaluasi bersama. Coba deh, duduk
bareng dengan semua guru. Diskusikan, "Apakah yel-yel ini masih efektif?
Apa yang kita rasakan?" Dari situ, bisa ketahuan apakah yel-yel masih
relevan atau tidak.
Selain itu, variasi itu kunci! Kalau mau dipertahankan,
jangan monoton! Coba ganti yel-yelnya secara berkala, atau buat tema-tema
khusus. Atau, mungkin tidak perlu setiap hari? Cukup beberapa kali seminggu,
atau di momen-momen penting, misalnya saat ada acara sekolah besar, atau di
awal semester.
Di samping itu, kita bisa mencari alternatif lain untuk
membangun semangat dan kekompakan tim. Ini bisa dilakukan melalui sesi sharing
singkat di mana satu atau dua guru bercerita hal positif atau ide mengajar,
atau melalui peregangan ringan agar badan fresh. Ada juga opsi
"kata-kata mutiara" harian, yaitu satu kutipan inspiratif yang dibaca
bersama, atau apel pagi singkat di mana informasi penting disampaikan lalu
ditutup dengan doa bersama.
Pada akhirnya, ruang guru adalah jantungnya sekolah.
Guru-guru di dalamnya harus merasa nyaman, didukung, dan termotivasi untuk
memberikan yang terbaik. Jika yel-yel masih bisa menjadi salah satu cara untuk
mencapai tujuan itu tanpa terasa membebani, silakan dilanjutkan dan terus
dikreasikan. Namun, jika keberadaannya justru menimbulkan rasa terpaksa atau
bahkan mengganggu konsentrasi, mungkin ini adalah saat yang tepat untuk mencari
cara-cara baru yang lebih relevan dan inklusif. Yang terpenting, semangat kolaborasi
dan kebersamaan di antara para pendidik harus tetap menyala, dengan atau tanpa
yel-yel harian.
Bagaimana menurut Anda? Masih perlukah yel-yel menggema
setiap pagi di ruang guru Anda?